Artikel
Desa Poto Luncurkan Film Dokumenter tentang Tiga Objek Pemajuan Kebudayaan: Ratib Sakeco, Nesek, dan Sadeka Ponan
Sumbawa, 13 Maret 2025 – Pemerintah Desa Poto, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, meluncurkan film dokumenter yang menyoroti tiga objek pemajuan kebudayaan, yaitu Ratib Sakeco, Nesek (menenun), dan tradisi Sadeka Ponan. Film ini merupakan inisiatif langsung dari pemerintah desa yang menggandeng CV Rajasua Production, sebuah rumah produksi yang dipimpin oleh Muhammad Zuhardiman, pemuda asli Desa Poto yang aktif dalam pembuatan film dokumenter.
Dokumenter ini bertujuan untuk mendokumentasikan sekaligus mengenalkan lebih luas kekayaan budaya Desa Poto kepada masyarakat. Kepala Desa Poto, Fathul Muin, menyampaikan apresiasinya terhadap peluncuran film ini, menegaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari komitmen pemerintah desa dalam menjaga agar budaya di Desa Poto tetap eksis di tengah gempuran zaman yang semakin modern.
"Peluncuran film dokumenter ini adalah upaya nyata kami untuk memastikan warisan budaya leluhur tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang. Meskipun zaman terus berkembang, nilai-nilai budaya harus tetap dijaga dan diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat,"ujar Fathul Muin.
Selain menjadi bentuk dokumentasi, film ini juga menegaskan posisi Desa Poto sebagai desa percontohan pemajuan kebudayaan di Indonesia, yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sejak tahun 2019. Desa ini dikenal memiliki ekosistem budaya yang masih sangat kuat, dengan berbagai tradisi yang diwariskan turun-temurun.
Tiga objek pemajuan kebudayaan yang menjadi fokus dalam film ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Poto:
- Ratib Sakeco, seni tutur khas Sumbawa yang menggabungkan syair Islami dengan irama khas, sering dipentaskan dalam berbagai acara adat dan keagamaan.
- Nesek, tradisi menenun kain khas Sumbawa (kre' alang) yang diwariskan turun-temurun dan menjadi identitas budaya masyarakat setempat.
- Sadeka Ponan, ritual tahunan sebagai bentuk rasa syukur setelah musim tanam, yang melibatkan berbagai kesenian tradisional dan memperkuat solidaritas sosial masyarakat.
Dengan hadirnya film dokumenter ini, masyarakat luas, terutama generasi muda Desa Poto, diharapkan semakin memahami dan mencintai warisan budaya mereka. Dokumentasi ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi daerah lain dalam upaya pemajuan kebudayaan di tengah arus modernisasi.
Bagi yang ingin menyaksikan film dokumenter ini, dapat mengaksesnya melalui kanal YouTube berikut: https://youtu.be/89mh8WXSG1A?si=IliFgTv9ujVru_AU
(SA - Operator SID Desa Poto)