Artikel

Pesona Desa Poto: Menyambutmu dengan Budaya, Menenangkanmu dengan Tradisi

16 Juni 2025 11:17:25  MASUJAM  195 Kali Dibaca  Berita Desa

Pernahkah kamu membayangkan sebuah desa yang bisa mengajakmu kembali ke akar budaya, menyambutmu dengan kehangatan gotong royong, dan memperkenalkanmu pada kearifan lokal yang kaya makna? Itulah Desa Poto, salah satu desa budaya yang terletak hanya 15 menit dari pusat Kota Sumbawa. Di balik kesederhanaannya, tersimpan kekayaan tradisi dan keramahan yang sulit dilupakan oleh siapa pun yang pernah singgah.

Warisan yang Hidup: Tradisi Ponan

Salah satu daya tarik utama Desa Poto adalah Pasaji Ponan, upacara adat yang hanya diadakan sekali dalam setahun, biasanya sekitar bulan Februari. Kegiatan ini menjadi simbol syukur atas hasil panen tahun sebelumnya dan doa agar panen tahun berikutnya melimpah. Pagi hari saat Ponan, warga dari tiga dusun—Poto, Lengas, dan Malili—berkumpul di sebuah bukit di tengah sawah sambil membawa makanan khas yang dimasak dengan cara direbus. Mereka percaya bahwa uap dari rebusan makanan akan naik ke langit dan menjadi hujan, menyuburkan ladang mereka.

Malam sebelumnya, suasana desa begitu meriah. Ada pertunjukan seni dari setiap dusun seperti tarian tradisional, musik, dan rabalas lawas—puisi Sumbawa yang dilantunkan secara berbalas. Setelah upacara pagi di bukit, pengunjung disambut untuk ‘ngesar’ atau bertamu ke rumah warga. Mereka akan disuguhi hidangan khas seperti Ayam Sirasang, Singang Udang, dan Sepat Jangan, semua dari hasil tani dan kebun warga setempat. 

Kain yang Bercerita: Kre Alang dari Poto

Tak lengkap rasanya ke Poto tanpa mengenal Kre Alang, tenun khas Sumbawa yang dibuat dengan alat tradisional. Ibu-ibu di desa ini menenun di atas rumah panggung, menghasilkan kain dengan motif filosofis seperti Kemang Satange dan Lonto Engal. Proses yang lama dan rumit ini menghasilkan kain yang tak hanya indah, tapi juga kaya akan makna.

Permainan Tradisional dan Seni yang Menyatu dalam Kehidupan

Warga Poto juga menjaga permainan tradisional seperti tungang jaran (berkuda) dan barapan kebo (balap kerbau), yang biasa digelar saat musim tanam. Selain sebagai hiburan, permainan ini menjadi bagian dari tradisi gotong royong dan memperkuat tali persaudaraan.

Tak hanya itu, seni seperti Ratib Rabana Kebo dan Sakeco tetap lestari. Ratib Rabana Kebo adalah seni musik dan doa yang dulunya untuk syiar Islam dan tolak bala, kini dimaknai sebagai medo desa—obat batin bagi masyarakat. Sementara Sakeco adalah puisi bersyair yang dilagukan, penuh nasihat dan kearifan lokal. Desa Budaya yang Terjaga oleh Generasi Muda Yang membuat Desa Poto tetap hidup adalah peran aktif pemuda-pemudinya. Lewat organisasi kepemudaan dan sanggar seni, mereka terus terlibat dalam setiap acara adat dan pelestarian budaya.

Di tengah gempuran budaya digital, mereka menunjukkan bahwa warisan leluhur masih punya tempat yang istimewa untuk dijaga dan diwariskan. Datanglah ke Desa Poto. Rasakan keramahan yang tulus, nikmati budaya yang hidup, dan pulanglah dengan cerita yang tak akan pernah kamu lupakan.

Info selengkapnya: 081-337-077-931 (admin)

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image  
 

 Aparatur Desa

 Statistik

 Arsip Artikel

 Agenda

Belum ada agenda

 Statistik Pengunjung

  • Hari ini:103
    Kemarin:99
    Total Pengunjung:11.438
    Sistem Operasi:Unknown Platform
    IP Address:216.73.216.40
    Browser:Mozilla 5.0